TUGAS
INDIVIDU
CESTODA
(CACING PITA)
MATAKULIAH MIKROBIOLOGI DAN
PARASITOLOGI
![]() |
DISUSUN
OLEH:
NAMA
: NADYA DIANFIYANTI
NIM
: 0101010071
SEMESTER
: IV (REGULER)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2012
CESTODA
(CACING PITA)
A. Definisi
Cacing dalam
kelas cestoda disebut sebagai cacing pita, hal ini karena bentuk tubuh cacing
tersebut yang panjang dan pipih menyerupai pita. Cacing ini tidak mempunyai
saluran pencernaan ataupun pembuluh darah. Tubuhnya memanjang dan terbagi atas
segmen-segmen yang disebut proglotida dan segmen ini bila sudah dewasa akan berisi
alat reproduksi jantan dan betina. Infeksi cacing pita bisa disebut juga
dengan Taeniasis. (credit by : Definisi Cacing Pita (Cestoda) oleh Nurey
melalui http://nureynurey.wordpress.com).
B. Ciri
Cestoda
1. Semua
anggota cestoda memiliki struktur yang pipih dan tertutup oleh kutikula.
2. Cestoda juga
disebut sebagai cacing pita karena bentuknya pipih panjang seperti pita.
3. Tubuh cacing
pita panjangnya antara 2m - 3m dan terdiri dari :
a) Kepala
(skoleks), kepala (skoleks) dilengkapi dengan lebih dari dua alat pengisap.
b) Leher, tidak
bersegmen, setelah skoleks kemdian lanjut ke leher.
c) Tubuh
(strobila), terdiri dari segmen-segmen (proglotid) dan setiap segmen yang
menyusun strobila mengandung alat perkembangbiakan. Makin ke posterior segmen
makin melebar dan setiap segmen (proglotid) merupakan satu individu dan
bersifat hermafrodit.
4. Cacing pita biasanya
hidup sebagai parasit dalam usus vertebrata dan tanpa alat pencernaan.
5. Cestoda
bersifat parasit karena menyerap sari makanan melalui permukaan tubuhnya secara
osmosis.
6. Penyerapan
sari makanan terjadi dari usus halus inangnya melalui seluruh permukaan
proglotid.
7. Sari makanan
diserap langsung oleh seluruh permukaan tubuhnya, hal ini karena cacing pita tidak
memiliki mulut dan sistem pencernaan, skoleks hanya untuk menempelkan dirinya
ke usus.
8. Skoleks pada
jenis Cestoda tertentu seperti Taenia solium selain memiliki alat pengisap,
juga memiliki kait (rostelum).
9. Rostelum
berfungsi untuk melekat pada organ tubuh inangnya.
10. Dibelakang
skoleks pada bagian leher terbentuk proglotid.
11. Setiap
proglotid mengandung organ kelamin jantan (testis) dan organ kelamin betina
(ovarium).
12. Tiap
proglotid dapat terjadi fertilisasi sendiri dan mempunyai rumah tangga sendiri
( metameri).
13. Proglotid
yang dibuahi ( yang matang ) terdapat di bagian posterior / paling bawah tubuh
cacing.
14. Proglotid
dapat melepaskan diri (strobilasi) dan keluar dari tubuh inang utama bersamaan
dengan tinja.
15. Sistem
eksresi cacing pita terdiri dari saluran pengeluaran yang berakhir dengan sel
api.
16. Sistem saraf
pada cacing pita sama seperti Planaria dan cacing hati, tetapi kurang
berkembang.
17. Manusia
dapat terinfeksi Cestoda saat memakan daging hewan yang dimasak tidak sempurna,
atau belum matang.
18. Inang
pernatara Cestoda adalah hewan ternak misalnya Sapi yang tubuhnya terdapat
Cisticercus jenis Taenia saginata yang ada pada ototnya sedangkan pada Babi tubuhnya
terdapat Cisticercus jenis Taenia solium yang ada pada ototnya.
19. Di Kedua
ternak itu Cacing pita hanya sementara terjadi cyclus ditubuhnya hingga
membentuk Cysticercus.
20. Di sapi dan
babi tidak dijumpai cacing pita dalam bentuk Dewasa ( yang dewasa di tubuh
manusia) tetapi hanya dalam bentuk larva.
21. Agar
seseorang tidak terkena Taeniasis maka makanan dagingnya harus dimasak dengan
matang, dan bila seseorang yang terkena Taeniasis jangan buang air besar di
sembarang tempat, seperti di lingkungan terbuka atau di tempat yang biasa hewan
ternak mencari makanan, karena Fesesnya yang ada telurnya sangat kuat di lingkungan,
seperti rerumputan yang akan dimakan sama ternak tersebut.
22. Pemberian
obat anti cacing sangat dianjurkan. Obat-obatan ini bisa diminum golongan obat
anticacing albendazole dosis sehari 500 mg lebih baik , biasanya dosis 250
cacing mati dalam bentuk utuh.
(credit
by : Desktop
Materi – Soal Biologi Sekolah - Universitas Di Indonesia oleh Isharmanto
melalui http://biologigonz.blogspot.com)
C. Klasifikasi
Cestoda
Caestoda di
klasifikasikan menjadi beberapa, antara lain :
1. Taenia
saginata (dalam usus manusia) di bawa oleh sapi.
2. Taenia
solium (dalam usus manusia) dibawa oleh babi.
3. Choanotaenia
infudibulum (dalam usus ayam).
4. Echinococcus
granulosus (dalam usus anjing).
5. Diphyllobothrium
latum (menyerang manusia melalui inang katak, ikan, Cyclops Udang udangan).
6. Hymnelopsis
nana ( di usus manusia , tikus tanpa inang perantara)
(credit
by : Desktop
Materi – Soal Biologi Sekolah - Universitas Di Indonesia oleh Isharmanto
melalui http://biologigonz.blogspot.com)
Dari beberapa klasifikasi
tersebut, akan dibahas 2 klasifikasi cestoda, yaitu : Taenia Saginata dan
Taenia Solium.

Gambar
1.1 Perbedaan struktur Cacing pita pada Sapi dan Babi
Sumber
: http://nureuynurey.wordpress.com
1)
Taenia Saginata
Gambar 1.2 Bentuk Taenia Saginata
Credit
by : Desktop
Materi – Soal Biologi Sekolah - Universitas Di Indonesia oleh Isharmanto
melalui http://biologigonz.blogspot.com
Cacing pita ini adalah cacing pita yang paling sering
ditemukan pada manusia dan ditemukan di semua negara yang orang-orangnya
mengkonsumsi daging sapi. Cacing ini panjangnya sekitar 3-5 m dan terdiri
dari 2000 proglotida. Scoleksnya mempunyai 4 batil isap yang dapat menghisap
sangat kuat.
a.
Morfologi T. saginata
1.
Cacing dewasa panjangnya 4-10 m.
2.
Memiliki 1000 –2000 proglotid.
3.
Memiliki skoleks dengan diameter 1 –2mm.
4.
Skoleks taenia saginata terdapat rostrum tetapi tidak
mempunyai Rostelum (kait).
5.
Mempunyai 4 penghisap tanpa hook.
6.
Jenis cacing ini kurang berbahaya bagi manusia
dibandingkan taenia solium.
(credit by : Desktop Materi – Soal Biologi
Sekolah - Universitas Di Indonesia oleh Isharmanto melalui
http://biologigonz.blogspot.com)
b.
Daur hidup T. Saginata

Gambar 1.3 Daur Hidup
Taenia Saginata
Credit by : Biologi
Edukasi oleh Elgisha melalui http://biologiedukasi.blogspot.com
1.
Dalam usus manusia terdapat proglotid yang sudah masak
yang mengandung sel telur yang telah dibuahi (embrio).
2.
Telur yang berisi embrio ini keluar bersama feses.
3.
Bila telur termakan sapi, dan sampai pada usus sapi, akan
tumbuh dan berkembang menjadi larva onkosfer.
4.
Larva onkosfer menembus usus dan masuk ke dalam
pembuluh darah atau pembuluh limfa, kemudian sampai ke otot lurik dan membentuk
kista yang disebut Cysticercus bovis (larva cacing). Kista akan membesar dan membentuk
gelembung yang disebut cysticercus (sitiserkus).
5.
Manusia akan tertular cacing ini apabila memakan
daging sapi yang masih mentah atau setengah matang.
6.
Dinding cyticercus akan dicerna di lambung sedangkan
larva dengan skoleks menempel pada usus manusia.
7.
Kemudian larva akan tumbuh membentuk proglotid yang
dapat menghasilkan telur.
8.
Bila proglotid masak, akan keluar bersama feses,
kemudian termakan oleh sapi.
9.
Selanjutnya telur berisi embrio tadi dalam usus sapi
akan menetas menjadi larva onkosfer.
10. Setelah itu
larva akan tumbuh dan berkembang mengikuti siklus hidup seperti sebelumnya.
(credit by : Biologi Edukasi oleh Elgisha melalui
http://biologiedukasi.blogspot.com)
c.
Patogenitas
1. Penderita
taeniasis sendiri dimana tinjanya mengandung telur atau proglotid.
2. Hewan
(terutama ) babi, dan sapi yang mengandung cysticercus.
3. Makanan /
minuman dan lingkungan yang tercemar oleh telur-telur cacing pita.
(credit by : Cestoda (Tugas Mikrobiologi) oleh Nurey
melalui http:/nureynurey.wordpress.com).
2)
Taenia Solium
Gambar 1.4 Struktur Taenia Solium (Cacing Pita pada
Babi)
Credit
by : Desktop
Materi – Soal Biologi Sekolah - Universitas Di Indonesia oleh Isharmanto
melalui http://biologigonz.blogspot.com
Merupakan cacing pita babi yang paling berbahaya pada manusia,
karena kemungkinan terjadinya infeksi sendiri oleh cysticercus dapat terjadi.
Cacing dewas panjangnya 1,8-3 m.
a)
Morfologi T. Solium
1.
Cacing dewasa panjangnya 4-10 m.
2.
Bentuknya pipih.
3.
Memiliki 1000 –2000 proglotid.
4.
Memiliki scoleks dengan diameter 1 –2mm.
5. Disebelah belakang skoleks terdapat
leher/daerah perpanjangan (strobilus).
6.
Mempunyai 4 penghisap (Rostrum) tanpa hook.
7.
Mempunyai alat kait (Rostellum) yang dapat melukai
dinding usus.
(credit by :
Desktop Materi – Soal Biologi Sekolah - Universitas Di Indonesia oleh
Isharmanto melalui http://biologigonz.blogspot.com)
b)
Daur Hidup Taenia solium

Gambar 1.5 Daur Hidup Taenia Solium
Credit by : Biologi Edukasi oleh Elgisha melalui http://biologiedukasi.blogspot.com
Daur hidupnya mirip dengan T. saginatus, tetapi
hospes intermedier (inang perantara) yaitu T. solium pada babi.
1.
Proglotid yang penuh telur keluar melalui feses
manusia, kemudian telur infektif keluar dimakan oleh babi.
2.
Telur menetas dalam tubuh babi dan telur dan membentuk
Cysticercus celluloses, didalam daging (otot) atau organ lainnya. Orang
akan mudah terinfeksi bila memakan daging babi yang kurang masak.
3.
Cysticercus berkembang menjadi cacing cacing muda yang
langsung menempel pada dinding intestinum dan tumbuh menjadi dewasa dalam waktu
5-12 minggu. Dimana cacing ini dapat bertahan hidup sampai 25 tahun.
4.
Tidak seperti spesies cacing pita lainnya, T. solium
dapat berkembang dalam bentuk cysticercus pada orang.
5.
Infeksi terjadi bila telur berembrio tertelan masuk
kedalam lambung dan usus.
6.
Kemudian cacing berkembang menjadi cysticercus di
dalam otot.
7.
Cysticerci sering ditemukan dalam jaringan
subcutaneus, mata, otak, otot, jantung, hati dan paru.
8.
Kapsul fibrosa mengelilingi metacestoda ini, kecuali
bila cacing berkembang dalam kantong mata.
9.
Pengaruh cysticercus terhadap tubuh bergantung pada
lokasi cysticercus tinggal. Bila berlokasi di jaringan otot, kulit atau hati,
gejala tidak begitu terlihat, kecuali pada infeksi yang berat. Bila
berlokasi di mata dapat menyebabkan kerusakan retina, iris, uvea atau choroid.
Perkembangan cysticercus dalam retina dapat dikelirukan dengan tumor, sehingga
kadang terjadi kesalahan pengobatan dengan mengambil bola mata. Pengambilan
cysticercus dengan operasi biasanya berhasil dilakukan.
(credit by : Cestoda (Tugas Mikrobiologi) oleh
Nurey melalui http:/nureynurey.wordpress.com)
D. Sumber
Penularan
Sumber penularannya
antara lain :
1. Penderita
infeksi cacing pita itu sendiri, dimana tinjanya mengandung telur atau
proglotid cacing pita.
2. Hewan
terutama babi, dan sapi yang mengandung larva cacing pita.
3. Makanan/minuman
dan lingkungan yang tercemar oleh telur-telur cacing pita.
(credit
by : Petunjuk Pemberantasan Taeniasis Di Indonesia oleh http://www.depkes.go.id/taeniasis.pdf)
E. Cara
Penularan
Seseorang
dapat terkena infeksi cacing pita yaitu melalui makanan atau minuman tetapi
yang paling utama yaitu makanan. Apabila seseorang memakan daging yang
mengandung larva, baik yang terdapat pada daging sapi maupun larva yang
terdapat pada daging babi. Kemudian larva tersebut akan berkembangbiak menjadi
cacing pita dewasa di dalam tubuh manusia.
(credit
by : Petunjuk Pemberantasan Taeniasis Di Indonesia oleh http://www.depkes.go.id/taeniasis.pdf)
F. Sistem Reproduksi
1) Sistem
Reproduksi Jantan :
Biasanya berkembang lebih dahulu
(Protandry/Androgyny). Testis dapat 1 (biasanya banyak dan tersebar) kemudian
berlanjut ke vasa efferentia.
Vas deferens cirrus (dikelilingi kantong cirrus).
Porus genitalis jantan dan betina berdekatan di sinus genitalis di lateral atau
ventral proglotid. Fertilisasi dapat terjadi sendiri dalam satu proglotid atau
cross (diantara proglotid).
2) Sistem
Reproduksi Betina :
a. Ovarium
biasanya berlobus 2, berlanjut ke oviduct Ootype yang dikelilingi oleh glandula
Mehlis Vagina (berbentuk tubulus) mempunyai vesicular seminalis dan berakhir di
porus genitalis betina.
b. Gland
Vitelaria merupakan gland kuning telur, biasanya kompak (pada eucestoda) atau
folikuler (pada cotyloda).
c. Uterus,
yaitu dari OOtipe akan melanjut ke uterus, yang pada cotyloda uterus ini
membuka keluar tempat dimana telur keluar, sedangkan pada eucestoda uterus ini
buntu dan bentuknya bermacam-macam setelah
berisi telur, misalnya :
1. Bentuk
uterus menjadi bercabang-cabang ke lateral (contohnya : Taenia).
2. Uterus
berdegeneratisi dan telur sendiri-sendiri/berkelompok terletak dalam proglotid.
3. Sebelum
berdegenerasi uterus membentuk kapsul telur yang melindungi sekelompok telur
(contohnya : Dipyllidium caninum) atau terbentuk paruterin organ (contohnya :
Familia : Thysanosomidae).
(credit by : Desktop
Materi – Soal Biologi Sekolah - Universitas Di Indonesia oleh Isharmanto
melalui http://biologigonz.blogspot.com)
G. Gejala
Klinis Secara Umum
Gejala atau tanda terinfeksi cacing
pita, antara lain :
1. Perut terasa
mulas dan mual.
2. Kadang perih
dan tajam menusuk-nusuk tetapi akan hilang sesudah makan.
3. Selain itu
muka pucat.
4. Sering
pusing.
5. Kurang nafsu
makan.
6. Feses
berlendir.
(credit
by : Desktop Materi
– Soal Biologi Sekolah - Universitas Di Indonesia oleh Isharmanto melalui
http://biologigonz.blogspot.com)
H. Diagnosa
1)
Diagnosa pada penderita cacing pita Sapi (Taenia
Saginata) yaitu :
Diagnosis tepat ditentukan bila dijumpai proglotid
yang penuh telur atau skolek. Proglotid terciri dengan adanya cabang lateral
disetiap masing-masing sisi yang mempunyai cabang sekitar 15-20. Tetapi cabang
tersebut biasanya sulit terlihat pada proglotid yang lama, sehingga diagnosis
lebih akurat bila ditemukan proglotid yang masih baru.
2)
Diagnosa pada penderita cacing pita babi (Taenia
Solium) yaitu :
a)
Nyeri ulu hati.
b)
Mencret.
c)
Mual.
d)
Obstipasi.
e)
Sakit kepala.
(credit
by : Cestoda (Tugas Mikrobiologi) oleh Nurey melalui
http:/nureynurey.wordpress.com).
I. Pencegahan
1) Pencegahan
pada Taenia Saginata, antara lain :
a) Menghilangkan sumber infeksi dengan
mengobati penderita.
b) Mencegah kontaminasi tanah dan
rumput dengan tinja manusia.
c) Memeriksa daging sapi, ada tidaknya
cysticercus.
d) Memasak daging sampai sempurna.
e) Mendinginkan sampai -10 0C
sampai 5 hari cycticercus dapat rusak.
2) Pencegahan
pada Taenia Solium, antara lain :
Pencegahan infeksi cacing ini lebih utama yaitu
mencegah kontaminasi air minum, makanan dari feses yang tercemar. Sayuran yang
biasanya dimakan mentah harus dicuci bersih dan hindarkan terkontaminasi
terhadap telur cacing ini.
(credit
by : Cestoda (Tugas Mikrobiologi) oleh Nurey melalui
http:/nureynurey.wordpress.com).
J. Penatalaksanaan
(Pengobatan)
1) Pengobatan
pada Taenia Saginata, yaitu :
Sejumlah obat telah digunakan untuk pengobatan cacing ini, tetapi obat yang
sekarang banyak dipakai adalah Niklosamide.
2)
Pengobatan pada Taenia Solium susah dilakukan, kecuali
operasi dengan pengambilan cyste.
(credit by :
Cestoda
(Tugas Mikrobiologi) oleh Nurey melalui http:/nureynurey.wordpress.com).
Selain pengobatan diatas, dapat juga dilakukan
beberapa terapi bagi penderita infeksi cacing pita, antara lain :
a)
Terapi Umum
1)
Istirahat.
2)
Diet.
3)
Medikamentosa
a.
Obat pertama : obat pilihan
1.
Niclosamide : dosis tungga 1×2 gram dikunyah dahulu.
2.
Praziquantel, dosis 10 mg/kg BB/hari dalam 3 kali
dosis selama 15 hari, perut
b.
Obat Alternatif :
1.
Mebendazole : dosis 600-1200 mg selama 3-5 hari.
2.
Albendazole :dosis 1×400/hari selama 3 hari.
3.
Paromomisin : 75 mg/kg BB
b) Terapi Komplikasi : - (tidak ada)
(credit by :
Koleksi Artikel Kedokteran dan Jurnal Kesehatan oleh Indonesia Blog Network
melalui http://www.infokedokteran.com).
DAFTAR PUSTAKA
Nurey. 20
November 2011. Definisi Cacing Pita (Cestoda) dalam artikel Cestoda
(Tugas Mikrobiologi) melalui http://nureynurey.wordpress.com/
(diakses
pada tanggal 14 April 2012)
Nurey. 20
November 2011. Patogenitas Taenia
Saginata dalam artikel Cestoda (Tugas Mikrobiologi) melalui http://nureynurey.wordpress.com/
(diakses
pada tanggal 14 April 2012)
Nurey. 20
November 2011. Diagnosa dan Penatalaksanaan Cacing Pita
dalam
artikel Cestoda
(Tugas Mikrobiologi) melalui http://nureynurey.wordpress.com/
(diakses
pada tanggal 14 April 2012)
Nurey. 20
November 2011. Daur Hidup Taenia Solium dalam artikel Cestoda
(Tugas Mikrobiologi) melalui http://nureynurey.wordpress.com/
(diakses
pada tanggal 14 April 2012)
Isharmanto. 29
Maret 2010.
Ciri Cestoda dalam artikel Soal Biologi Sekolah - Universitas Di Indonesia melalui
http://biologigonz.blogspot.com/
(diakses
pada tanggal 14 April 2012)
Isharmanto. 29
Maret 2010.
Klasifikasi Cestoda dalam artikel Soal Biologi Sekolah - Universitas
Di Indonesia melalui http://biologigonz.blogspot.com/
(diakses
pada tanggal 14 April 2012)
Elgisha. 2010. Daur Hidup Taenia Saginata (cacing
pita pada Sapi) dalam artikel Biologi Edukasi melalui http://biologiedukasi.blogspot.com/
(diakses pada tanggal 14 April 2012)
Anonim.
2010. Sumber Penularan dan Cara Penularan Cacing Pita dalam artikel Petunjuk
Pemberantasan Taeniasis Di Indonesia melalui http://www.depkes.go.id/taeniasis.pdf
(diakses
pada tanggal 14 April 2012)
Indonesia
Blog Network. 2010. Diagnosis dan Penatalaksanaan Pada Penyakit Cacing Pita
dalam Koleksi
Artikel Kedokteran dan Jurnal Kesehatan melalui http://www.infokedokteran.com/
(diakses
pada tanggal 14 April 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar